Senin, 03 September 2012

Welcome to Creative Economy



Selesai melaksanakan tugas dengan klien di Bandung, saya kembali ke Jakarta sambil membawa oleh-oleh untuk keluarga, diantaranya 2 (dua) boneka yang saya beli untuk anak perempuan saya, Nadya. Satu boneka tokoh domba dalam film kartun Shaun the Sheep dan satu lagi tokoh dalam permainan Angry Birds.
Si penjaga toko tempat saya belanja tadi mengatakan bahwa kedua tokoh boneka tersebut termasuk yang laris manis akhir-akhir ini, terutama tokoh-tokoh Shaun the Sheep. Sementara boneka tokoh-tokoh Angry Birds sudah lama muncul di pasar dan sempat mengalami penjualan yang tinggi sebelum akhirnya sekarang posisinya diambil alih oleh Shaun the Sheep. Saya perkirakan, dari boneka-boneka seperti ini saja nilai transaksi ekonomi yang terjadi tidaklah kecil serta mampu memunculkan lapangan kerja. Padahal yang dijual hanyalah boneka dengan tokoh-tokoh film tertentu.
Inilah dahsyatnya ekonomi kreatif, suatu kehidupan ekonomi yang dimotori oleh berbagai ide kreatif yang diwujudkan ke dalam bentuk barang atau jasa yang bernilai ekonomi. Seperti halnya kedua boneka tadi, itu termasuk produk-produk ekonomi kreatif. Berbagai bentuk produk kreatif lainnya adalah karya seni seperti lukisan, film, musik, pementasan, fashion, kerajinan, serta seni sastra seperti puisi dan novel. Ekonomi kreatif juga termasuk berbagai produk teknologi seperti permainan komputer, aplikasi-aplikasi untuk pendidikan (pembelajaran), dan sebagainya.
Berbagai literatur mengatakan bahwa ekonomi kreatif ini adalah gelombang ekonomi keempat dalam sejarah kehidupan ekonomi umat manusia. Ekonomi gelombang pertama adalah ekonomi pertanian, gelombang kedua adalah ekonomi industri, dan gelombang ketiga adalah ekonomi informasi / jejaring. Mungkin belajar kepada negara-negara maju seperti Amerika dengan bisnis film Hollywood dan bisnis musiknya, atau bahkan India dengan bisnis film Bollywood, maka Pemerintah Republik Indonesia merasa perlu untuk mengembangkan ekonomi kreatif ini dengan segera dan membentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Ekonomi kreatif sangat tergantung kepada modal manusia (human capital atau intellectual capital, ada juga yang menyebutnya creative capital). Ekonomi kreatif membutuhkan sumberdaya manusia yang kreatif tentunya, mampu melahirkan berbagai ide dan menterjemahkannya ke dalam bentuk barang dan jasa yang bernilai ekonomi. Proses produksinya bisa saja mengikuti kaidah ekonomi industri, tetapi proses ide awalnya adalah kreativitas.
Berapakah penghasilan seorang seniman yang hebat? Misalnya grup musik terkenal seperti Dewa 19, atau sutradara film papan atas? Ternyata nilainya tidaklah kecil dan bahkan lebih tinggi daripada penghasilan manajer senior di dunia perbankan. Menjanjikan bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar